PMII Untan mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Pua`sa Ramadhan
Rabu, 08 Juni 2016
Selasa, 31 Mei 2016
Selasa, 19 April 2016
Ayo Berbondong-Bondong Merangkai Keberhasilan (Ali Fauzi) : Diskusi Refleksi perjalanan PMII ke-56
Selasa,(19/04) malam pukul 19.15 WIB, Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia Komisariat Untan
mengadakan Ramah tamah Diskusi Bersama dalam
rangka memperingati Harlah PMII ke-56. Diskusi yang bertepatan dilaksanakan di taman Digulis Untan, Agenda ini menjadi khidmat ketika membaca
doa sekaligus alfatihah untuk alumni dan kader PMII yang telah mendahului. Doa ini dipimpin langsung oleh sahabat Ulil Abshor selaku ketua rayon FKIP Untan.
Agenda diskusi ini dihadiri oleh mantan Ketua
Umum PKC PMII Kalbar Sahabat Ali Fauzi. Dengan tema “Refleksi Harlah PMII ke-56
serta perjalanan dan Kiprahnya” Sahabat Ali Fauzi menceritakan perkembangan
PMII dan karakteristik PMII dari masa ke masa. Dari tingkat lokal maupun
perjalanan secara nasional.
Lebih lanjut, Sahabat Ali mengupas permasalahan-permasalahan
gerakan, baik internal dan eksternal pmii
itu sendiri. “Kader hari ini harus mampu untuk saling bersinergi membangun potensinya
masing-masing, yakni potensi fakultatif. Bergerak bersama-sama dan
membangun pondasi gerakan agar dimasa yang akan datang Kalimantan Barat diisi
oleh sahabat-sahabat” ujarnya
Kemudian ia menambahkan “ Untuk menciptakan gerakan satu
arah menuju keberhasilan bersama itu, kita tidak boleh terlena hanya untuk
mengejar jabatan-jabatan internal PMII itu sendiri, kita harus keluar dari pola
berfikir seperti itu. Membangun keberhasilan seperti itu, semua sahabat-sahabat harus belajar dan
membaca peluang serta melihat potensi secara real. Ini semua berdasarkan
pengalaman perjalanan gerakan PMII, Kita harus meminimalisir konflik kecil
hanya permasalahan politik kecil. Mari jaga persahabatan dan berbondong-bondong
untuk menjadi orang berhasil bersama-sama“ (Aw/sd)
Rabu, 06 April 2016
Hati-Hati Belajar Agama dengan Mbah Google
Media Pergerakan : Pada era katerbukaan media informasi, manusia semakin mudah untuk belajar
dan mendapatkan pengetahuan. Disatu sisi keterbukaan ini dapat memberikan nilai
lebih terhadap peningkatan mutu wawasan keilmuan manusia. Selain keilmuan yang
bersifat duniawi, keilmuan secara agama mulai mudah diakses oleh banyak
kalangan.ada istilah “bisa belajar agama secara otodidak”.
Mudahnya mendapatkan akses pengetahuan dan ilmu via internet tidak
dapat dipungkiri mempermudah masuknya berbagai pemikiran-pemikiran keislaman
yang memiliki berbagai macam warna. Islam pada era saat ini tidak hanya pada
satu konsep islam secara universal, karena mulai banyak bertebaran
pemahaman-pemahaman yang mengaku islam akan tetapi beberapa diantaranya lepas
dari garis besar islam itu sendiri. Seperti ajaran-ajaran yang menyimpang dan
keluar dari nilai-nilai ketauhidan.
Berangkat dari Ketidak pahaman tentang islam, beberapa kalangan
yang menggunakan internet serta merta menerima pemahaman-pemahaman tanpa menfilter
bagian mana yang menyimpang. Terlebih parah ketika pemahaman diri yang masih
dangkal tetapi berani menetapkan hukum. Padahal dikutip dari Kholid
Syeirazi (Sekjen PP ISNU)
metode membaca dan mamahami dalil serta panduan
istinbath dan istidlal (menggali hukum dan mencuplik dalil) menurut
Imam Syafi’i. Panduan ini merupakan rumus untuk menarik dalil, terutama yang
tidak termaktub hukumnya secara sharih (jelas dan tegas) di dalam nash.
Kerangka ini akan mengeliminasi ‘anarki hukum’ yang ditimbulkan oleh
pencuplikan dalil yang tidak komprehensif. Seseorang tidak boleh menetapkan
hukum halal-haram hanya dari sepenggal dalil Al-Qur’an dan hadits, tanpa
memahami karakteristik dan munasabah-nya dengan dalil lain.
Maka dari itu dalam menuntut ilmu agama, kita
sebagai pelajar/mahasiswa harus dibimbing oleh seorang guru yang lebih alim.
Menghindari pemahaman-pemahaman menyimpang dan tidak sesuai dengan haluan
ahlussunnah wal jama’ah. (Aw/Sd)
Rabu, 30 Maret 2016
Urgensi Media Publikasi Bagi Generasi Aswaja
Pada abad ke-21, percepatan pergolakan media komunikasi sangat
pesat bahkan seolah-olah tidak terbendung. Media masa member peran serta andil
yang besar terhadap komunikasi massa. Dalam pergolakan pemikiran , komunikasi
empat mata tidak begitu efektif dalam perperangan gagasan.
Menurut john R Bittner (dalam hidayat .2007:6) komunikasi massa
sebenarnya bukanlah penyampaian seorang orator atau politikus di dalam sebuah
ruangan yang besar. Dalam komunikasi massa membutuhkan gate keeper( penapis
informasi), yakni beberapa individu melalui media massa.
Dalam dunia
mahasiswa, sebagai generasi intelektualharapan bangsa, tidak dapat dipungkiri
didalam berbagai organisasi
kemahasiswaan yang membawa ideology,
akan banyak perbedaan prinsip dan pola pandang.
saya sebagai penulis merasakan pergolakan pemikiran itu di dalam ruang
lingkup kampus. di dalam strategi penawaran konsep mereka berlomba-lomba agar dapat diterima.
Salah satu strategi yang efisien dan kekinian adalah dengan menggunakan media
massa, social media, brossur, pamphlet dan segala macam.
Menilik sedikit sejarah mahasiswa yang terdahulu, pada era orde
baru, didalam media publikasi, pemerinatah mengekang terhadap
pemikiran-pemikiran mahasiswa manakala pemikiran itu oposisi terhadap
pemerintah. Bahkan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa dilarang untuk dipublish
di televise ataupun Koran-koran. Stasiun tv swasta dilarang mengirim juru
kamera saat meliput kerusuhan avau demonstrasi mahasiswa, kecuali sebagai
bagian dari tim yang dipimpin oleh awak kamera TV Nasional.
Ketatnya media dalam menginformasikan sbuah berita menjadikan
tersumbatnya telinga public terhadap realita yang ada. Pemikiran yang sejatinya
peduli terhadap keutuhan NKRI dibungkam jika bertentangan dengan rezim saat
itu. Maka diera yang sangat ketat pemikiran-pemikiran yang radikal dan menolak
keutuhan NKRI tidak mendapat ruang.
Masuk pada era reformasi telinga dibuka selebar-lebarnya. Isu
public dan kebijakan negara dapat
diketahui dan dirasakan oleh bangsa.
Siapapun bebas berekspresi dan mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi ruang yang dibuka
selebar-lebarnya membuat pemikiran pemecah persatuan melenggang dan bebas
berkeliaran.
Keberanian beberapa
kelompok mahasiswa yang menentang NKRI. Spanduk, brosur, pamphlet, yang
bersebaran di media social, jalanan, kampus-kampus, musolla, masjid. Ketika
gerakan ini selalu istiqomah dilakukan tidak ada penyeimbang dan perlawanan,
kemungkinan akan ada bibit-bibit yang akan muncul semakin banyak dan potensi
konflik atau perpecahan yang lebih besar dapat terjadi.
Titik pembahasan dari
artikel ini adalah, pentingnya media publikasi di era teknologi informasi saat
ini. PMII sebagai organisasi Kemahasiswaan yang membawa sebuah pemikiran perlu
meningkatkan potensi diri setiap kader didalam media informasi.
(Abdul Wesi Ibrahim :
Sekretaris PK PMII Untan)
Kamis, 24 Maret 2016
Nyantri di PMI Perkuat Nasionalisme Untuk NKRI : Pelantikan, Dialog Publik dan PKD PMII Untan
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Universitas Tanjungpura Pontianak, Kamis
siang (24/03) resmi dilantik oleh pengurus cabang. Acara pelantikan ini
merupakan rangkaian dari kegiataan Dialog Publik dan Pelatihan kader Dasar. Lokasi
kegiatan ini di Aula Rektorat Lantai 3 Untan.
Acara ini dihadiri oleh Sy Abdullah Alqadrie (DPR RI),
Dzulkifli (Dosen IAIN), Husni Mubarok (Perwakilan NU Kota), Nurdin (DPRD Kubu
raya), Prof Kamarullah (Wakil Rektor 3 Untan) beserta alumni-alumni PMII.
Tema yang diangkat pada acara ini adalah “Nyantri di PMII,
Perkuat Nasionalisme Untuk NKRI”. Ketua Komisariat Untan Sy Solehuddin Assegaf
menyampaikan “Program PMII Untan hari ini dekat dengan pola gerakan ala santri,
karena kita bisa belajar keislaman di PMII dan banyak lainnya lagi. Selain itu
santri adalah bagian bangsa yang komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan”.
Ketua cabang PMII Pontianak mengapresiasi kegiatan yang
diselenggarakan ini, dan menyampaikan terkait perkembangan pemahaman-pemahaman “Kita
harus berani menjadi garda terdepan ketika ada pemahaman yang mengancam
persatuan bangsa kita.”
Pada acara dialog public, disampaikan oleh tiga pemateri
diantaranya Sy Abdullah Alqadrie, Husni Mubarok, dan Zulkifli. Acara ini
dilanjutkan dengan pelatihan kader dasar yang diselenggarakan di Jalan Paralel,
kelurahan dalam bugis (Balai NU Pontianak) dari tanggal 24 sampai dengan 27
Maret 2016. (aw)
Selasa, 22 Maret 2016
Aksi PMII dan Kammi Pontianak menyambut Jokowi
Kehadiran Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo
disambut oleh PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Cabang Pontianak dan
kammi (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Pontianak Selasa (22/3) sore.
Aksi yang dimulai dari jalan depan masjid muhtadin Untan
menuju bundaran digulis Untan di blockade oleh aparat kepolisian. Pengerah
massa melakukan negosisasi dengan pihak kepolisian akan tetapi polisi tidak
memberikan kesempatan para demonstran untuk menuju bundaran ditolakdan massa tertahan
di depan muhtadin.
Aksi tersebut memberikan tuntutan kepada Jokowi untuk lebih
memperhatikan pembangunan infrastruktur
baik jalan dan pendidikan di daerah perbatasan yang hari ini masih terbengkalai.
Salah satu orator berteriak “ Apa bedanya era reformasi dan
era orde baru jika aspirasi mahasiswa terkait problem daerah kami dibungkam”.
Menurut fathurrazi selaku Ketua cabang PMII Kota Pontianak, “penghalangan
terhadap aksi damai yang ia lakukan merupakan bukti kebebasan demokrasi di
Indonesia tidak ada”. (aw)
Langganan:
Postingan (Atom)