Selasa, 19 April 2016

Ayo Berbondong-Bondong Merangkai Keberhasilan (Ali Fauzi) : Diskusi Refleksi perjalanan PMII ke-56




Selasa,(19/04) malam pukul 19.15 WIB, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia  Komisariat Untan mengadakan Ramah tamah Diskusi Bersama dalam  rangka memperingati Harlah PMII ke-56. Diskusi  yang bertepatan dilaksanakan di  taman Digulis Untan, Agenda ini menjadi khidmat ketika membaca doa sekaligus alfatihah untuk alumni dan kader PMII yang telah mendahului. Doa ini dipimpin langsung oleh sahabat Ulil Abshor selaku ketua rayon FKIP Untan.

Agenda diskusi ini dihadiri oleh  mantan Ketua Umum PKC PMII Kalbar Sahabat Ali Fauzi. Dengan tema “Refleksi Harlah PMII ke-56 serta perjalanan dan Kiprahnya” Sahabat Ali Fauzi menceritakan perkembangan PMII dan karakteristik PMII dari masa ke masa. Dari tingkat lokal maupun perjalanan secara nasional.

Lebih lanjut, Sahabat Ali mengupas permasalahan-permasalahan gerakan, baik internal  dan eksternal pmii itu sendiri. “Kader hari ini harus mampu untuk saling bersinergi membangun potensinya masing-masing, yakni potensi fakultatif. Bergerak bersama-sama dan membangun pondasi gerakan agar dimasa yang akan datang Kalimantan Barat diisi oleh sahabat-sahabat” ujarnya

Kemudian ia menambahkan “ Untuk menciptakan gerakan satu arah menuju keberhasilan bersama itu, kita tidak boleh terlena hanya untuk mengejar jabatan-jabatan internal PMII itu sendiri, kita harus keluar dari pola berfikir seperti itu. Membangun keberhasilan seperti itu, semua sahabat-sahabat harus belajar dan membaca peluang serta melihat potensi secara real. Ini semua berdasarkan pengalaman perjalanan gerakan PMII, Kita harus meminimalisir konflik kecil hanya permasalahan politik kecil. Mari jaga persahabatan dan berbondong-bondong untuk menjadi orang berhasil bersama-sama“ (Aw/sd)

Rabu, 06 April 2016

Hati-Hati Belajar Agama dengan Mbah Google


Media Pergerakan : Pada era katerbukaan media informasi, manusia semakin mudah untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan. Disatu sisi keterbukaan ini dapat memberikan nilai lebih terhadap peningkatan mutu wawasan keilmuan manusia. Selain keilmuan yang bersifat duniawi, keilmuan secara agama mulai mudah diakses oleh banyak kalangan.ada istilah “bisa belajar agama secara otodidak”.

Mudahnya mendapatkan akses pengetahuan dan ilmu via internet tidak dapat dipungkiri mempermudah masuknya berbagai pemikiran-pemikiran keislaman yang memiliki berbagai macam warna. Islam pada era saat ini tidak hanya pada satu konsep islam secara universal, karena mulai banyak bertebaran pemahaman-pemahaman yang mengaku islam akan tetapi beberapa diantaranya lepas dari garis besar islam itu sendiri. Seperti ajaran-ajaran yang menyimpang dan keluar dari nilai-nilai ketauhidan.

Berangkat dari Ketidak pahaman tentang islam, beberapa kalangan yang menggunakan internet serta merta menerima pemahaman-pemahaman tanpa menfilter bagian mana yang menyimpang. Terlebih parah ketika pemahaman diri yang masih dangkal tetapi berani menetapkan hukum. Padahal dikutip dari Kholid Syeirazi  (Sekjen PP ISNU) metode membaca dan mamahami dalil serta panduan istinbath dan istidlal (menggali hukum dan mencuplik dalil) menurut Imam Syafi’i. Panduan ini merupakan rumus untuk menarik dalil, terutama yang tidak termaktub hukumnya secara sharih (jelas dan tegas) di dalam nash. Kerangka ini akan mengeliminasi ‘anarki hukum’ yang ditimbulkan oleh pencuplikan dalil yang tidak komprehensif. Seseorang tidak boleh menetapkan hukum halal-haram hanya dari sepenggal dalil Al-Qur’an dan hadits, tanpa memahami karakteristik dan munasabah-nya dengan dalil lain.

Maka dari itu dalam menuntut ilmu agama, kita sebagai pelajar/mahasiswa harus dibimbing oleh seorang guru yang lebih alim. Menghindari pemahaman-pemahaman menyimpang dan tidak sesuai dengan haluan ahlussunnah wal jama’ah. (Aw/Sd)