Pada abad ke-21, percepatan pergolakan media komunikasi sangat
pesat bahkan seolah-olah tidak terbendung. Media masa member peran serta andil
yang besar terhadap komunikasi massa. Dalam pergolakan pemikiran , komunikasi
empat mata tidak begitu efektif dalam perperangan gagasan.
Menurut john R Bittner (dalam hidayat .2007:6) komunikasi massa
sebenarnya bukanlah penyampaian seorang orator atau politikus di dalam sebuah
ruangan yang besar. Dalam komunikasi massa membutuhkan gate keeper( penapis
informasi), yakni beberapa individu melalui media massa.
Dalam dunia
mahasiswa, sebagai generasi intelektualharapan bangsa, tidak dapat dipungkiri
didalam berbagai organisasi
kemahasiswaan yang membawa ideology,
akan banyak perbedaan prinsip dan pola pandang.
saya sebagai penulis merasakan pergolakan pemikiran itu di dalam ruang
lingkup kampus. di dalam strategi penawaran konsep mereka berlomba-lomba agar dapat diterima.
Salah satu strategi yang efisien dan kekinian adalah dengan menggunakan media
massa, social media, brossur, pamphlet dan segala macam.
Menilik sedikit sejarah mahasiswa yang terdahulu, pada era orde
baru, didalam media publikasi, pemerinatah mengekang terhadap
pemikiran-pemikiran mahasiswa manakala pemikiran itu oposisi terhadap
pemerintah. Bahkan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa dilarang untuk dipublish
di televise ataupun Koran-koran. Stasiun tv swasta dilarang mengirim juru
kamera saat meliput kerusuhan avau demonstrasi mahasiswa, kecuali sebagai
bagian dari tim yang dipimpin oleh awak kamera TV Nasional.
Ketatnya media dalam menginformasikan sbuah berita menjadikan
tersumbatnya telinga public terhadap realita yang ada. Pemikiran yang sejatinya
peduli terhadap keutuhan NKRI dibungkam jika bertentangan dengan rezim saat
itu. Maka diera yang sangat ketat pemikiran-pemikiran yang radikal dan menolak
keutuhan NKRI tidak mendapat ruang.
Masuk pada era reformasi telinga dibuka selebar-lebarnya. Isu
public dan kebijakan negara dapat
diketahui dan dirasakan oleh bangsa.
Siapapun bebas berekspresi dan mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi ruang yang dibuka
selebar-lebarnya membuat pemikiran pemecah persatuan melenggang dan bebas
berkeliaran.
Keberanian beberapa
kelompok mahasiswa yang menentang NKRI. Spanduk, brosur, pamphlet, yang
bersebaran di media social, jalanan, kampus-kampus, musolla, masjid. Ketika
gerakan ini selalu istiqomah dilakukan tidak ada penyeimbang dan perlawanan,
kemungkinan akan ada bibit-bibit yang akan muncul semakin banyak dan potensi
konflik atau perpecahan yang lebih besar dapat terjadi.
Titik pembahasan dari
artikel ini adalah, pentingnya media publikasi di era teknologi informasi saat
ini. PMII sebagai organisasi Kemahasiswaan yang membawa sebuah pemikiran perlu
meningkatkan potensi diri setiap kader didalam media informasi.
(Abdul Wesi Ibrahim :
Sekretaris PK PMII Untan)