Rabu, 04 Oktober 2017

KATA-KATA BIJAK TOKOH ALUMNI PMII


DWI WINARNO - KETUA 1 PB PMII 2011-2013
\

M RODLI KAELANI KETUA UMUM PB PMII 2008-2011

H.ROMAWI MARTIN KETUA GP ANSOR 2009-2014

DRS. H . JIPRIDDIN, M.SI SEKRETARIS IKA PMII KALBAR

HASYIM HADRAWI ST MABINAS PB PMII









Selasa, 19 April 2016

Ayo Berbondong-Bondong Merangkai Keberhasilan (Ali Fauzi) : Diskusi Refleksi perjalanan PMII ke-56




Selasa,(19/04) malam pukul 19.15 WIB, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia  Komisariat Untan mengadakan Ramah tamah Diskusi Bersama dalam  rangka memperingati Harlah PMII ke-56. Diskusi  yang bertepatan dilaksanakan di  taman Digulis Untan, Agenda ini menjadi khidmat ketika membaca doa sekaligus alfatihah untuk alumni dan kader PMII yang telah mendahului. Doa ini dipimpin langsung oleh sahabat Ulil Abshor selaku ketua rayon FKIP Untan.

Agenda diskusi ini dihadiri oleh  mantan Ketua Umum PKC PMII Kalbar Sahabat Ali Fauzi. Dengan tema “Refleksi Harlah PMII ke-56 serta perjalanan dan Kiprahnya” Sahabat Ali Fauzi menceritakan perkembangan PMII dan karakteristik PMII dari masa ke masa. Dari tingkat lokal maupun perjalanan secara nasional.

Lebih lanjut, Sahabat Ali mengupas permasalahan-permasalahan gerakan, baik internal  dan eksternal pmii itu sendiri. “Kader hari ini harus mampu untuk saling bersinergi membangun potensinya masing-masing, yakni potensi fakultatif. Bergerak bersama-sama dan membangun pondasi gerakan agar dimasa yang akan datang Kalimantan Barat diisi oleh sahabat-sahabat” ujarnya

Kemudian ia menambahkan “ Untuk menciptakan gerakan satu arah menuju keberhasilan bersama itu, kita tidak boleh terlena hanya untuk mengejar jabatan-jabatan internal PMII itu sendiri, kita harus keluar dari pola berfikir seperti itu. Membangun keberhasilan seperti itu, semua sahabat-sahabat harus belajar dan membaca peluang serta melihat potensi secara real. Ini semua berdasarkan pengalaman perjalanan gerakan PMII, Kita harus meminimalisir konflik kecil hanya permasalahan politik kecil. Mari jaga persahabatan dan berbondong-bondong untuk menjadi orang berhasil bersama-sama“ (Aw/sd)

Rabu, 06 April 2016

Hati-Hati Belajar Agama dengan Mbah Google


Media Pergerakan : Pada era katerbukaan media informasi, manusia semakin mudah untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan. Disatu sisi keterbukaan ini dapat memberikan nilai lebih terhadap peningkatan mutu wawasan keilmuan manusia. Selain keilmuan yang bersifat duniawi, keilmuan secara agama mulai mudah diakses oleh banyak kalangan.ada istilah “bisa belajar agama secara otodidak”.

Mudahnya mendapatkan akses pengetahuan dan ilmu via internet tidak dapat dipungkiri mempermudah masuknya berbagai pemikiran-pemikiran keislaman yang memiliki berbagai macam warna. Islam pada era saat ini tidak hanya pada satu konsep islam secara universal, karena mulai banyak bertebaran pemahaman-pemahaman yang mengaku islam akan tetapi beberapa diantaranya lepas dari garis besar islam itu sendiri. Seperti ajaran-ajaran yang menyimpang dan keluar dari nilai-nilai ketauhidan.

Berangkat dari Ketidak pahaman tentang islam, beberapa kalangan yang menggunakan internet serta merta menerima pemahaman-pemahaman tanpa menfilter bagian mana yang menyimpang. Terlebih parah ketika pemahaman diri yang masih dangkal tetapi berani menetapkan hukum. Padahal dikutip dari Kholid Syeirazi  (Sekjen PP ISNU) metode membaca dan mamahami dalil serta panduan istinbath dan istidlal (menggali hukum dan mencuplik dalil) menurut Imam Syafi’i. Panduan ini merupakan rumus untuk menarik dalil, terutama yang tidak termaktub hukumnya secara sharih (jelas dan tegas) di dalam nash. Kerangka ini akan mengeliminasi ‘anarki hukum’ yang ditimbulkan oleh pencuplikan dalil yang tidak komprehensif. Seseorang tidak boleh menetapkan hukum halal-haram hanya dari sepenggal dalil Al-Qur’an dan hadits, tanpa memahami karakteristik dan munasabah-nya dengan dalil lain.

Maka dari itu dalam menuntut ilmu agama, kita sebagai pelajar/mahasiswa harus dibimbing oleh seorang guru yang lebih alim. Menghindari pemahaman-pemahaman menyimpang dan tidak sesuai dengan haluan ahlussunnah wal jama’ah. (Aw/Sd)

Rabu, 30 Maret 2016

Urgensi Media Publikasi Bagi Generasi Aswaja





Pada abad ke-21, percepatan pergolakan media komunikasi sangat pesat bahkan seolah-olah tidak terbendung. Media masa member peran serta andil yang besar terhadap komunikasi massa. Dalam pergolakan pemikiran , komunikasi empat mata tidak begitu efektif dalam perperangan gagasan.
Menurut john R Bittner (dalam hidayat .2007:6) komunikasi massa sebenarnya bukanlah penyampaian seorang orator atau politikus di dalam sebuah ruangan yang besar. Dalam komunikasi massa membutuhkan gate keeper( penapis informasi), yakni beberapa individu melalui media massa.

            Dalam dunia mahasiswa, sebagai generasi intelektualharapan bangsa, tidak dapat dipungkiri didalam  berbagai organisasi kemahasiswaan  yang membawa ideology, akan banyak perbedaan prinsip dan pola pandang.  saya sebagai penulis merasakan pergolakan pemikiran itu di dalam ruang lingkup kampus. di dalam strategi penawaran konsep  mereka berlomba-lomba agar dapat diterima. Salah satu strategi yang efisien dan kekinian adalah dengan menggunakan media massa, social media, brossur, pamphlet dan segala macam.

Menilik sedikit sejarah mahasiswa yang terdahulu, pada era orde baru, didalam media publikasi, pemerinatah mengekang terhadap pemikiran-pemikiran mahasiswa manakala pemikiran itu oposisi terhadap pemerintah. Bahkan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa dilarang untuk dipublish di televise ataupun Koran-koran. Stasiun tv swasta dilarang mengirim juru kamera saat meliput kerusuhan avau demonstrasi mahasiswa, kecuali sebagai bagian dari tim yang dipimpin oleh awak kamera TV Nasional.
Ketatnya media dalam menginformasikan sbuah berita menjadikan tersumbatnya telinga public terhadap realita yang ada. Pemikiran yang sejatinya peduli terhadap keutuhan NKRI dibungkam jika bertentangan dengan rezim saat itu. Maka diera yang sangat ketat pemikiran-pemikiran yang radikal dan menolak keutuhan NKRI tidak mendapat ruang.

Masuk pada era reformasi telinga dibuka selebar-lebarnya. Isu public  dan kebijakan negara dapat diketahui dan dirasakan oleh bangsa.  Siapapun bebas berekspresi dan mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi ruang yang dibuka selebar-lebarnya membuat pemikiran pemecah persatuan melenggang dan bebas berkeliaran.
Keberanian beberapa kelompok mahasiswa yang menentang NKRI. Spanduk, brosur, pamphlet, yang bersebaran di media social, jalanan, kampus-kampus, musolla, masjid. Ketika gerakan ini selalu istiqomah dilakukan tidak ada penyeimbang dan perlawanan, kemungkinan akan ada bibit-bibit yang akan muncul semakin banyak dan potensi konflik atau perpecahan yang lebih besar dapat terjadi.
Titik pembahasan dari artikel ini adalah, pentingnya media publikasi di era teknologi informasi saat ini. PMII sebagai organisasi Kemahasiswaan yang membawa sebuah pemikiran perlu meningkatkan potensi diri setiap kader didalam media informasi.

(Abdul Wesi Ibrahim : Sekretaris PK PMII Untan)